Jika selama ini kita mengenal manis pahitnya kehidupan, namun saat kita jatuh dalam pelukan sastra akan tertuang ribuan imajinasi yang berektual dan mengenang kisah dalam setiap masa manusia. karena itu, sastra merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masa yang indah ataupun kelamnya kehidupan.
Bukan aku berimajinasi
Bukan pula aku menuai harapan
Namun Dia hidup dalam tangan - tangan lembut
Yang memegang harapan setiap takdir hidup manusia
Sehingga tak ada satupun di dunia maupun di alam lainnya
Yang menggantikannya sebagai pengusung arah kehidupan
Banyak diantara kita mulai jenuh pada sastra yang selalu berpatokan pada nyaringnya bunyi - bunyi kehidupan yang sumbang, bahkan tak ada satupun yang mempunyai arti.
Jika kita membuka hati
Akan terlihat ribuan pengemis sastra
Yang menjajakan cinta
Yang melantunkan bisikan kehidupan
Yang memalukan diri demi sastra
Bahkan ada yang rela mati demi sastra
Itu semua warna sastra yang mulai jenuh
Sampai tak ada arah lagi untuk menemukan hala yang baru
Sampai pada akhirnya
Para Nabipun bangkit memperbaiki sastra
Satra pada hakikatnya sebuah kalimat yang membuat siapapun mengaguminya tanpa mengharapakan sebuah nilai ekonomis dari orang yang membacanya. Namun pada kenyataannya, sastra tidak lagi menemukan rohnya sendiri, Dia mulai menghilang, Dia mulai tergantikan dengan harga matinya kehidupan yang bernilai ekonomis saja. Sungguh sangat murah harga sastra jika disamakan dengan ekonomisnya kehidupan, sehingga perlahan-lahan rohnya akan menghilang dari Dunia yang Fana ini.
Mudah - mudahan itu tidak terjadi.
Sehingga roh tetap ada pada setiap urat nadi sastra.
Amin.